Gerimis datang ketika pagi tiba, membuat senyuman sang matahari di pagi hari lenyap. Tampak seorang gadis sedang duduk di dekat jendela sambil menatap langit yang hitam. Semakin lama gerimis tersebut semakin deras, membuat sang gadis jengkel karena tidak bisa berangkat ke Sekolah. Gadis yang sedang menatap air yang turun dari langit itu bernama Tita, Ia menempuh pendidikan menengah atas di SMAN I Pematang Karau. “Tita, Mengapa Kau melamun menatap langit yang hitam? Ayo sarapan dulu, sambil menunggu hujan reda” Panggilan Ibu Tita membuat Tita kaget bukan Kepalang. “Ibu, Kau membuat jantung ini hampir jatuh saja, mana mungkin air yang turun dari langit ini berhenti cepat. Lihat saja langit di atas sana sangatlah hitam” jawab Tita lesu. “Lebih baik isi perutmu dulu, dari pada tuh perut nanti bersenandung ria” kata Ibu sambil membelai rambut Tita, Tita pun hanya dapat mengganguk tanda setuju. Setelah usai sarapan, Tita bersiap-siap berangkat Sekolah meskipun langit tidak mendukung untuk melakukan aktivitas. Tita mengambil payung kemudian pamit kepada Ibunya, Ia melangkahkan kakinya menyusuri air yang turun dari langit. Tita memang sudah terbiasa menyusuri jalan ketika pagi tiba ke Sekolah setiap hari, karena jarak antara Rumah dan Sekolahnya hanya 1 Km. “Good Morning My Princess” sapa seorang Lelaki yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dickhy si pengisi hati Tita. “Morning” jawab Tita singkat. Dickhy mendekati Tita dan duduk di salah satu kursi yang beradA di kelas “Ehm….Langit sangat hitam di luar sana, dan Aku harap cuaca hari ini akan terus seperti ini sampai jam Sekolah berakhir”. Tita menatap Dickhy “Dasar, yang Kau pikirkan hanyalah bermalas-malasan saja. My Prices Kita ini sudah kelas XII, masa selalu ingin bersantai-santai saja. Ingat Kita ini hanya menghitung hari untuk bertempung melawan soal-soal yang melelahkan” Jawab Tita jengkel. Dickhy hanya tersenyum kecil melihat Kelakuan Kekasihnya. Memang, Tita terkenal sebagai salah satu Siswi yang berprestasi Di Sekolah. Ia selalu masuk dalam Lima Besar, sedangkan Dickhy adalah anak yang sangat menyenangi Olahraga dan Ia juga sering membawa nama Sekolah untuk setiap pertandingan Olahraga. Bel Sekolahpun berbunyi, tetapi matahari masih enggan menampakkan sinarnya yang menyengat. Tita berjalan menyusuri jalan menuju ke Rumah “Princess, ikut Aku saja pulang. Aku kasihan melihat Dirimu menyusuri jalan yang penuh debu ini” Tita menatapnya kaget “Lebih baik Aku menyusuri jalan ini sambil menikmati cuaca yang kurang bersahabat ini. Lagipula Rumahmu jauh, nanti sore juga Kita ada Belajar tambahan gunakan waktumu untuk beristirahat” jawabku sambil berlalu. Dickhy mengikutiku pelan “Kau pengisi hatiku sekarang, Aku tidak tega melihat Kau melangkahkan Kakimu itu sendiri” Aku menatap Dickhy dan akhirnya Tita menuruti kemauan Dickhy untuk mengantarnya sampai rumah. Seperti biasa sepulang Sekolah Tita selalu membantu Ibu berjualan di depan Rumah. Keluarga Tita hanyalah Orang yang biasa-biasa saja, sedangkan Keluarga Dickhy mungkin bisa di bilang Keluarga terpandang dan mempunyai harta berlebih. Tita sempat heran mengapa Dickhy menyukainya meskipun Tita hanyalah orang kecil. Tapi setahun lalu Dikchy pernah berjanji kepada Tita bahwa Dikchy tidak akan pernah meninggalkan Tita. Hal itulah yang membuat Tita yakin bahwa Dikchy benar-benar sayang kepadanya.
Upacara pagi di hari Senin sudah menjadi kegiatan rutin di Sekolah, satu jam setengahpun berlalu dengan sangat cepat. Tita bersama Teman-teman sekelasnya melangkahkan Kaki menuju kelas tempat Ia belajar. Kelas Tita dan Dickhy memang berbeda, Tita di kelas XII IPA dan Dickhy berada di kelas XII IPS. Jam pertamapun di mulai, Terdengar suara ketukan meja dari Ketua kelas Sendi. Serentak anak-anakpun memberi hormat “Selamat Pagi Anak-anak” sapa Bu Wahyu Guru Matematika menyapa ramah. “Pagi Buuuuuuuu..” Jawab anak-anak serentak. “Hari ini, Kita mendapat undangan dari Universitas Palangkaraya, bagi yang berminat silahkan isi formulirnya. Batas pengisian formulirnya sampai akhir bulan ini, jadi siapa yang berminat hubungi Ibu” Tita mendengarkan Bu Wahyu dengan seksama. “Baiklah hari ini Kita lanjutkan pelajaran Kita masalah Integral” Sambung Bu Wahyu lagi. Jam istirahatpun tiba, Seperti biasa setelah ke Perpustakaan Tita menemui Dickhy ke belakang Sekolah. “Dick……..Kamu ambil undangan itu?” Tanya Tita. “Aku mau berpkir dulu untuk mengambil sebuah keputusan. Aku takut keputusan yang Ku ambil ini salah. Tapi jangan khawatir, di mana Kau akan menempuh pendidikan di situ Aku akan berada untuk selalu ada untukmu” Tita termenung menatap Dickhy. “Hahaaaaaaa, kata-kata dari siapa yang Kau copy? Ucap Tita tertawa. Dickhy menaiki sebuah pohon tempat Ia sering bersantai “Apa Kau akan mengisi formulir itu?”. Tita duduk di bawah pohon sambil menatap langit biru “Aku berencana ingin mengambilnya, tetapi hal ini harus Aku konfirmasi terlebih dahulu kepada Orang Tuaku”. Bel tanda masukpun berbunyi Dickhy dan Titapun bergegas menuju ke kelas masing-masing, sebelum Tita memasuki ruang kelasnya Dickhy menarik tangan Tita “Aku berjanji padamu akan selalu berada di sampingmu, asal Kau percaya padaku” Tita hanya tersenyum mendengar kata-kata Dickhy, dalam hati Tita berkata “Aku sangat percaya padamu, dan Aku harap Kau selalu ada untukku”.
Siang yang mencekampun menghampiri, sengatan panas sinar matahari membakar kulit dan menembus tulang. Sangat panas memang, membuat Manusia enggan sekali beraktivitas di siang hari. Tita memberitahukan kepada Orang Tuanya bahwa Ia akan mengisi formulir undangan dari Unpar. Orang Tuanya setuju, karena bagi Mereka pendidikan lebih penting dari segala-galanya. “Dick….Aku membuat kepastian di tengah hari ini, bahwa Aku ingin melanjutkan Pendidikan di Universitas Palangkaraya. Orang Tuaku sudah menyetujuinya. Bagaimana denganmu ?” Dengan rona yang bahagia Ia mengirim sebuah pesan kepada Dickhy. “Aku senang mendengarnya, Aku juga akan mengisi formulir itu dan Kita sama-sama memberikannya kepada Bu Wahyu besok”. Tita kemudian membalas pesan Dickhy “Tapi Aku meragukanmu Dick, Aku takut hal ini bukan pilihan untuk masa depanmu. Ini bukan main-main, semua ini menyangkut kesuksesanmu kelak. Aku takut Kau akan menyesal, Aku tak apa kalau Kau tidak ada di sampingku selanjutnya” Jawab Tita iba. “Aku sudah berjanji padamu untuk selalu berada di sampingmu agar Kau tidak merasa kesepian, Janji adalah Hutang” Tita tersenyum menerima pesan dari Dickhy, Ia merasa beruntung mempunyai sosok Dickhy.
Ujian Akhir Nasional pun tiba. Kini Sekolah menjadi sepi, ruangan yang menegangkan pun tercipta, suasana sepi senyap seperti di hutan. Siswa-Siswi pun siap mengeluarkan jurus andalannya untuk menjawab soal-soal pilihan untuk menentukan masa depan. Sudah Seminggu ini, Tita lost Contack dengan Dickhy hanya karena Ujian Nasional Cintapun di Stop dulu. Hal ini sontak membuat Dickhy jenuh, inilah hal yang tidak begitu di sukai Dickhy ketika akhir semester. Dickhy ingin meminta perhatian lebih di kala hendak bertempur, tetapi Tita fokus di dalam peperangan. Selesai Ujian Meraka masih saja tidak memberi kabar satu sama lain, hal ini membuat Tita resah. Beribu pertanyaan muncul di kepalanya, tetapi satupun tidak dapat Ia pecahkan. Ia coba memberi perhatian dengan cara mengirim pesan kepada Dickhy, akan tetapi tidak ada satu pesanpun dari Tita yang di balasnya.
Hari demi Hari pun berganti, dan tibalah saat Pengumuman Kelulusan. Alhasil Tahun ini SMAN I PEMATANG KARAU Pelajar baik Putra maupun Putri LULUS semua. Kehebohan terjadi di mana-mana, senyuman manis terpancar di wajah semua orang yang berada di Sekolah hari ini. Tetapi hari ini Tita merasa beda, Sosok Dickhy di sudut Sekolah ini tidak Ia dapati batang hidungnya yang mancung. Ia cari ke sana…ke mari…ke Markas biasanya Ia bersarang tidak dapat Tita temui juga. Tita heran mengapa Dickhy tidak memberi kabar, Tita mencoba menghubungi handphonenya tetapi tidak aktif. Ke mana Ia pergi ??? Mengapa Ia bersikap tanpa sebab akhir-akhir ini ???. Titapun termenung Sendiri di bawah pohon tempat biasa Dickhy bernaung di kala istirahat tiba “Kau mencari Dickhy?” Sapa Seorang Lelaki yang tidak lain dan tidak bukan adalah Yogi. “Oh….Kau Yogi, Aku memang mencari Dickhy. Akhir-akhir ini Ia menghilang tanpa pesan. Apakah Kau tau ke mana Ia pergi ?”Tita menatap Yogi dengan penuh harapan. “Dickhy kini telah pergi jauh, dan mungkin Ia tidak akan pernah kembali lagi” Tita terkejut mendengar perkataan Yogi. “Ke mana Ia pergi?” Tanya Tita heran. “Ia pergi menyeberangi Samudra untuk menuntut ilmu. Awalnya Ia tidak ingin pergi, tetapi ketidak pedulianmu selama satu bulan ini membuat Ia yakin bahwa Ia harus pergi dari hidupmu” Yogi pun pergi dari hadapan Tita, hal ini sontak membuat Tita terkejut. “Benarkah ini semua karena Aku, Kamu Jahat Dick…. Hanya karena ketidak pedulianku saja Kau pergi jauh tanpa kabar. Tega sekali Kau Dick, mana janjimu yang selalu ada untukku? Mudah sekali Kau berjanji dan mudah sekali Kau menarik kembali janjimu” Tita menatap langit biru yang dapat menghubungkan Ia dengan Dickhy. Di sebarang sana Dickhy pun berkata “Ma’afkan Aku My Princess, Aku sungguh kecewa akan sikapmu. Aku memang egois ingin selalu di perhatikan, itu semua karena Aku merasa sangat hampa. Dan Aku memang jahat, biarlah janjiku kepadamu akan Ku kubur dalam jauh di lubuk hatiku. Semoga Kau bahagia dengan kehidupanmu, Aku akan selalu mendo’akanmu”. Janji hanyalah kata-kata yang tidak akan pernah bisa terwujudkan, Tita sungguh-sungguh mencintai Dickhy. Ia tidak menyangka begitu cepat Dickhy berubah hanya karena sebuah sikap Tita yang mungkin bisa di maklumi. Walaupun cinta Dickhy terhadap Tita pudar, namun Cinta Tita akan selalu menyertai Dickhy. “Biarlah Ku genggam erat janji ini, hingga Kau sadari sesungguhnya Aku akan selalu mengharapkan Kau kembali meskipun Kau takkan pernah Kembali” Ucap Tita sedih.
SEKIAN
0 komentar:
Posting Komentar